Antisipasi Dini, Buat Sitaro Nihil COVID-19

Jakarta & Sitaro, KOMENTAR – Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Evangelian Sasingen membeberkan cara pemerintah daerah hingga kabupaten dengan sebutan 47 Pulau ini nihil kasus COVID-19. Menurut Bupati Sasingen sebelum virus corona ini merebak pihaknya telah melakukan antisipasi dini.

“Kami sudah action sejak awal Maret sebagai langkah antisipasi dini, termasuk sebelum Presiden mengumumkan adanya kasus COVID-19 pertama di Indonesia,” ujar Bupati Sasingen saat menjadi narasumber di diskusi yang diselenggarakan Satuan Tugas Penanganan (Satgas) COVID-19 di Graha BNPB di Jakarta, Kamis (15/10).

Selain untuk mengantisipasi pasca virus corona terus mengalami peningkatan di daerah lain. Pemerintah daerah langsung membentuk Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 dengan melibatkan unsur TNI, Polri dan stakeholder terkait lainnya. Pembentukan Tim Gugus ini secara berjenjang dari tingkat kabupaten, kecamatan, kelurahan dan kampung.

“Termasuk sosialisasi melalui rumah-rumah ibadah, gereja dan mesji kami lakukan sebagai upaya pencegahan. Selain disiapkan rumah isolasi oleh pemerintah kabupaten, dan di kampung-kampung juga tersedia rumah isolasi yang disiapkan oleh pemerintah kampung,” sebutnya.

Ia mengatakan, pintu masuk pelabuhan diawasi melalui proses screening sekaligus pengisian data kependudukan. Orang yang masuk Sitaro harus menjalani isolasi selama dua pekan. “Karena Sitaro daerah kepulauan, maka pelabuhan menjadi pintu masuk ke daerah. Oleh karena itu pengawasan ketat dilakukan di setiap pelabuhan yang ada di daerah,” katanya.

Ia juga mengatakan meski memang di awal penyebaran virus, pemerintah daerah saat itu dalam melakukan pengawasan hanya mengandalkan Alat Perlindungan Diri (APD) sederhana. Menurut dia, jas hujan dijadikan sebagai alat pelindung sementara ketika pihak medis melakukan pemeriksaan bagi orang yang tiba di pelabuhan.

“Hanya jasa hujan sebagai pengganti APD, karena saat itu belum tersedia APD sesuai standar. Namun kami tetap komitmen untuk melaksanakan tugas, meskipun kondisi ala kadarnya,” ucapnya.

Ia pun menuturkan, setelah tiga bulan akhirnya muncul kasus perdana pasien terpapar virus corona di Sitaro, dan itu terjadi pada pada Mei lalu. Dengan begitu pemerintah kabupaten terus mensosialisasikan kepada masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan.

“Kami langsung menyampaikan ke masyarakat agar tetap memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak,” ucapnya. Seperti halnya menurut dia, muncul kasus pada klaster pasar saat itu pemerintah daerah langsung bergerak cepat menutup pasar dengan tujuan strelisasi. Tim Gugus Tugas segera melakukan pelacakan kontak di setiap kelurahan untuk mencegah agar tidak terjadi penyebaran.

“Ketika adanya klaster pasar itu, maka pasar kami tutup agar tidak menyebar dan sampai saat ini tidak ada penyebaran,” ucapnya.

“Sementara untuk pasien positif waktu itu menjalani isolasi di rumah sakit, dan reaktif di isolasi di rumah singgah sambil menunggu hasil tes swab dari pemerintah. Kepada mereka selama di isolasi semua biaya ditanggung oleh pemerintah daerah,” imbuhnya.(sal)

Komentar