Loyot Maesaan Siap Hadang Radikalisme

Manado, KOMENTAR – Loyot Maesaan memberi perhatian serius terhadap politik identitas, hoax dan paham radikalisme yang akhir-akhir ini marak terjadi di Tanah Air. Ormas adat ini berharap tindakan dan perilaku tak berbudaya dan berintegritas itu tidak menyusupi Pilkada yang sedang berlangsung di Sulut.

“Kami menginginkan terwujudnya Pilkada yang aman, berbudaya, berintegritas dan berkualitas. Adat dan budaya Minahasa bisa memberi kontribusi agar hal itu terwujud. Pastinya, Loyot Maesaan menjadi simbol penghadang radikalisme, politik identitas dan hoax yang tidak boleh ada di tanah Minahasa,” tandas sekretaris Loyot Maesan Sulawesi Utara, John Suak SE MSi dalam acara diskusi bersama pengurus Loyot Maesaan, di Karombasan, Rabu (25/11).

Suak juga mengajak masyarakat Minahasa untuk berpartisipasi menyukseskan Pilkada di daerah ini. “Kami mengajak masyarakat berpartisipasi dalam Pilkada, dan turut serta bersama-sama penyelenggaraan pemilu untuk memantau agar tercipta Pilkda yang aman berintegritas, berbudaya dan berkualitas,” tutur Suak.

Sementara ketua harian Loyot Maesaan, Nikson Lowing mengatakan pihaknya akan menggelar deklarasi untuk mendorong pemerintah menindak oknum atau kelompok yang berpotensi mengagalkan Pilkada serentak yang sementara berjalan. “Kami Loyot Maesaan akan mendorong pemerintah dalam hal ini TNI dan Polri. Selain itu, kami juga ingin pemerintah lebih tegas dalam menangani Covid-19 karena ini masalah kemanusiaan,” tutur Lowing yang juga pendiri ormas Adat Loyot Maesaan.

Pembina Loyot Maesaan, Maxi Sisok memandang Pilkda sudah sepatutnya dilakukan dengan bermartabat dan bergembira. “Sejak dahulu, masyarakat Minahasa melakukan pemilihan kepala desa dengan gembira dan penuh kegirangan untuk menemukan pemimpin yang sesuai harapan. Itu perspektif Pilkallllda dalam budaya Minahasa. Dalam konteks ini, maka radikalisme dan politik identitas yang sedang marak di luar, harus dilawan agar tidak masuk ke daerah kita,” tutur Sisok.

Dia berharap kepala daerah terpilih nanti dapat menjadi pemimpin sekaligus orang tua yang dapat menjaga anak-anaknya demi masa depan mereka. “Menjadi pemimpin dengan semangat tonaas yaitu ayah dari anaknya sekaligus menjadi ksatria bagi anaknya,” tuturnya.

Sementara itu, pemerhati budaya Minahasa, Robby Lengkey mengapresiasi diskusi yang digelar Loyot Maesaan. “Apresiasi tinggi kami berikan kepada Loyot Maesaan, karena ditengah hiruk-pikuk politik di daerah kita, mereka masih bisa mempertahankan jatidiri. Diharapkan apa yang dilakukan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat, terlebih bagi kota Manado,” tutup Lengkey.

Diketahui, disela kegiatan diskusi dilakukan aksi bagi-bagi masker kepada masyarakat.(don)

Komentar