Ekspor Ikan Tuna dari Sangihe ke Jepang Kembali Jalan

Sangihe,KOMENTAR – Sempat terhenti, kegiatan ekspor perikanan dari Kabupaten Kepulauan Sangihe ke Jepang kembali jalan. Kepala Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil (SKIPM) Tahuna, Geric H B P Lumiu mengatakan dengan dibukanya kembali penerbangan dari Manado ke Narita, Jepang pada Oktober lalu. Maka pihaknya berkerjasama dengan instansi terkait termasuk pemerintah daerah memanfaatkan peluang ini.

“Jadi 6 Oktober lalu, ekspor ikan tuna dari Sangihe dengan rute, Tahuna-Manado-Narita sudah berjalan kembali. Dan waktu dikirim 200 kilogram Ikan Tuna grade A, dan sampel Ikan layang sebanyak 50 Kg,” kata Lumiu, Selasa (1/12).

“Kemudian dilanjutkan pada 27 Oktober dengan dikirim Ikan Tuna sebanyak 159,08 kilogram, di mana prosesnya melalui PT Perindo Dagho,” sambungnya. Ia mengungkapkan, kegiatan ekspor Ikan tuna tersebut sejatinya dapat meningkatan pendapatan masyarakat. Karena informasi dari PT Perindo Dagho, harga perkilonya untuk Ikan Tuna grade A di hargai 1000 Yen atau sekitar Rp 140, 000 perkilo (kurs 1 Yen:Rp 14.000,-). Suatu angka yang sangat baik untuk harga ekspornya demikian, apabila dibandingkan dengan pasaran lokal.

“Seperti yang dijual di Kota Bitung, untuk Ikan Tuna grade A, perkilonya hanya mencapai Rp 70 ribu perkilo. Setidaknya harga ekspor lebih menjanjikan dan akan sangat mengutungkan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan warga masyarakat,” ungkapnya.

Ia menyatakan Ikan Tuna yang diekspor, jenis Yellowfin atau Tuna Ekor Kuning, dan Tuna Mata Besar. Namun yang cukup dominan jenis Yellowfin. “Karena ini berdasar permintaan pasar,” ucapnya. Di satu sisi ia menambahkan, terkait kegiatan ekspor komiditi perikanan sebenarnya sudah jalan. Dengan jalur Pos Lintas Batas Marore. Di mana ekspor waktu itu langsung ke negara tetangga Filipina.

“Tahun lalu, ada sekitar 51 kali kegiatan ekspor tersebut. Namun Februari awal tahun lalu, dengan adanya surat dari Konsulat Jenderal Filipina terkait lock down wilayah akibat pandemi. Maka proses ekspornya terhenti,” ucap dia.

“Sehingga untuk sementara kegiatan ekspor di perbatasan ditutup. Naamun kami terus berupaya agar kegiatan ini terus berlanjut karena memang di akui hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Apalagi menurut mereka lebih menguntungkan menjual hasil tangkapan ke Filipina dari pada ke daerah seperti Bitung dan Tahuna,” pungkasnya.(bon)

Komentar