Jawa Tengah, KOMENTAR- Penjabat Bupati Maybrat Provinsi Papua Barat Daya Dr Bernhard E Rondonuwu SSos MSi menghadiri Sidang Terbuka Senat Pengukuhan Prof Dr Pius Lustrilanang SIP MSi CSFA CFrA sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Manajemen Pemerintahan Daerah di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), di Graha Widyatama Prof Rubijanto Misman, Purwokerto, Jawa Tengah, Jumat (08/09).
Acara dimulai dengan prosesi Senat Universitas, pembacaan surat keputusan penetapan profesor, orasi ilmiah dari Prof Dr Pius Lustrilanang dengan judul, “Delapan Dimensi Resiliensi Pemerintah Daerah”. Selanjutnya pengukuhan profesor, pengalungan tanda profesor dan sambutan dari rektor.
Pj Bupati Bernhard Rondonuwu hadir Bersama Wakil Ketua DPRK Maybrat Agus Tenau. Dalam kesempatan itu, Bernhard Rondonuwu mengucapkan selamat atas pengukuhan Prof Dr Pius Lustrilanang SIP MSi CSFA CFRA sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Manajemen Pemerintahan Daerah di Universitas Jenderal Soedirman. “Selamat atas pengukuhan Prof Pius Lustrilanang,” singkat Pj Bupati Bernhard Rondonuwu.
Sementara pada pengukuhan tersebut, Pius menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Delapan Dimensi Resiliensi Pemerintah Daerah” yang menjelaskan pentingnya pemerintah daerah (Pemda) mengukur resiliensi.
Resiliensi merupakan kapasitas suatu sistem untuk menghadapi gangguan atau krisis dan dapat tetap survive untuk mempertahankan fungsi dan kontrolnya.
Pasalnya, dari hasil pemeriksaan keuangan dan kinerja yang dilakukan BPK menunjukkan permasalahan yang terjadi di pemda.
Untuk itu, Pius mengingatkan para kepala daerah bahwa kinerja pemda bisa dinilai tangguh dan kompeten jika berkomitmen membuat alat ukur yang diberi nama Electronic Resilience Assessment Tool (E-RAT).
“Alat ini untuk memfasilitasi lembaga atau organisasi menilai dan mengukur tingkat ketahanan dari kinerja mereka di saat krisis, berdasarkan delapan dimensi penting ketahanan,” kata aktivis 1998 itu dalam orasinya.
Pius mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan bersama tim, ditemukan delapan dimensi ketahanan. Di antaranya praktik manajemen risiko, kemampuan kepemimpinan, kemampuan teknologi informasi, kemampuan manajemen aliansi.
Kemudian kemampuan merumuskan strategi, kemampuan mengembangkan produk atau layanan baru, resiliensi organisasi dan resiliensi keuangan organisasi.
“Alat ukur E-RAT dapat dapat membantu memotret kondisi obyektif yang ada di pemda dalam menghadapi ketidakpastian yang tinggi dan perubahan yang dinamis menuju ketahanan survival pemda,” ujar Pius.
Selain itu, E-RAT juga menyediakan alat, akses ke pengetahuan, pemantauan dan pelaporan yang mendukung pemda mengurangi risiko dalam membangun ketahanan.
Menurut Pius, prinsip delapan dimensi pengukuran resiliensi ini sudah diterapkan di Provinsi Kalimantan Utara.
Sementara itu, Rektor Unsoed Prof Dr Akhmad Sodiq mengatakan, pemberian gelar kehormatan ini sesuai dengan visi misi Unsoed yaitu pengembangan sumber daya manusia pedesaan dan kearifan lokal. “Mudah-mudahan pengukuhan ini berdampak baik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan,” kata Sodiq usai pengukuhan.
(ist/*)
Komentar